Narkoba jenis apapun, semuanya mempunyai konsekuensi yang mengarah pada kematian langsung maupun tidak langsung. Narkoba apapun jenisnya, umumnya memiliki kesamaan yaitu merangsang sekresi/pengeluaran hormon yang menimbulkan perasaan bahagia yang semu. Hormon bahagia (dopamine, serotonin, endorfin dll) secara umum terlepas secara alamiah sesuai dengan situasi yang dipersepsikan. Dalam pemakaian narkoba, hormon tersebut dipaksa keluar melalui persenyawaan kimiawi atau neurotransmitter.
Rasa senang dan bahagia inilah yang menyebabkan kecanduan (adiksi) terhadap narkoba. Pemakainya menjadi tergantung dengan sistem believe (keyakinan) bahwa “saya merasa senang ketika meminum narkoba X”. Pemakaian berulang akan melemahkan syaraf-syaraf otak. Terdapat perbedaan yang mencolok volume dopamin dalam otak pecandu shabu dengan yang bukan pecandu. Volume dopamin pada kawasan otak para pecandu speed atau shabu, ternyata 24 persen lebih rendah dibanding pada otak bukan pecandu. Dampaknya amat jelas terlihat, dari mundurnya kemampuan memory, kemampuan pengendalian gerak motorik, serta kemampuan berbicara para pecandu shabu. Juga penelitian menggunakan PET menunjukan tingginya metabolisme glukosa di otak pecandu shabu. Hal itu menunjukan, terjadinya peradangan pada bagian otak pecandu methamphetamine atau shabu.
(lagi…)