Kerjasama BNNP Sulsel, Polda & Unhas untuk mewujudkan kampus bebas narkoba
Header
Pengukuran indikator Kinerja melalui Peran Bhayangkari dalam Upaya P4GN
Header
Sosialisasi Peraturan Terkait Narkotika
Header
Audit Pelaksanaan Keg & Keu BNNP Sulsel
Header
Kelompok anti Narkoba SMK Bhayangkara
Header
Rapat persiapan HANI
Header
Kemeriahan Puncak Acara HANI Prov sulsel
Header
Mari bekerjasama untuk Mencegah Penyalahgunaan Narkona
Header
Hari Anti Narkoba Internasional
Header
Rakoor Penyusunan Pergub Jakstra P4GN
Header
Kantor BNNP Sulsel
Header
Kader Anti Narkoba Polres Sidrap
Header
Inpres 12 Th 2011: Seluruh Instansi diinstruksikan untuk Melaksanakan Program P4GN
Header
Bebas Narkoba Harus dimulai dari Aparat Penegak Hukum
Header
HANI 2012 di Makassar
Header
Sekali ketagihan Narkoba, efek kejiwaan tidak hilang seumur hidup
Header

Narkoba, Kenikmatan Sesaat dan Bisa Berdampak Impoten

November 19th, 2012 | Posted by Sudarianto in Penyalahguna Narkoba

Ada yang beranggapan, narkoba menambah kejantanan. Saat pakai shabu, orang merasa bersemangat, banyak bergerak, lalu melampiaskan lewat hubungan seks. Namun ingat, kenikmatan itu hanyalah sesaat. Shabu memang merangsang sistem syaraf pusat. Salah satu bagian dari sistem syaraf itu adalah yang mengatur orgasme. Fakta ini yang dijadikan alasan pengguna shabu untuk urusan seksual. Ekstasi mempengaruhi tubuh melalui syaraf simpatis. Tiap kali menggunakan ekstasi, orang menjadi aktif, gembira, bersemangat, dan ingin bergerak. Ini juga membuat orang merasa sangat kuat seks dalam waktu lama.

Narkoba jenis ini bisa meningkatkan pelepasan dopamine dalam otak. Dopamine adalah neurotransmiter bersifat merangsang. Jika yang dirangsang perilaku seksual, penggunanya akan merasa makin jantan. Namun, harus diingat, pengaruh demikian itu ada batasnya. Paling-paling Cuma beberapa jam. Jika diukur dari dampak jangka panjang, narkoba lebih menghancurkan urusan seksual daripada memperbaikinya. Mitos bahwa beberapa jenis narkoba meningkatkan gairah seksual itu keliru. Yang benar, narkoba membikin impoten.

Ekstasi berefek pada syaraf simpatis. Agar bisa melakukan hubungan seksual, pengguna ekstasi biasanya menenggak obat antidisfungsi ereksi. Jika tidak, mereka tak kuat atau di tengah permainan. Jika penggunaan ini berlangsung terus, lama kelamaan itu bisa berlanjut ke impotensi. Shabu bekerja pada syaraf parasimpatis. Ini membuat penggunanya merasa tenang, kalem, dan pasif. Akibatnya, mereka jadi merasa tidak memerlukan hubungan seksual. Saat shabu sudah merangsang syaraf pusat orgasme, orang tanpa melakukan hubungan seksual pun sudah merasakan nikmat dan orgasme. Ini membuat orang lambat laun jadi impoten.

Heroin menimbulkan dampak euforia. Namun, dampak negatif heroin juba buruk bagi fungsi seksual. Heroin bisa menghambat fungsi hormon seks, menurunkan kadar testosteron, dorongan seksual, menghambat ejakulasi, dan lama kelamaan jadi disfungsi ereksi. Dalam jangka menengah, narkoba tertentu bisa memancing masuknya berbagai penyakit seksual. Ekstasi, saat merangsang meningkatnya pelepasan dopamine dalam otak, merangsang perilaku seksual berlebihan. Ini bisa membuat penggunanya kehilangan kontrol atas perilaku seksual mereka. Tanpa kontrol, mereka akan melakukan hubungan seksual tanpa memikirkan risiko. Ini membuat mereka beresiko tinggi terjangkit penyakit menular seksual, seperti HIV/AIDS atau hepatitis C. [sumber : n4rkobabahaya.blogspot.com]

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 You can leave a response, or trackback.

2 Responses



Leave a Reply

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Anda dapat menggunakan tag dan atribut HTML: